Warung Bebas
HOME SING IN LOG OUT
SELAMAT DATANG DI WITTO BLOG | TEMPAT NONGKRONG PARA BLOGGER | Voucher Bersama - Witto Blog - Tutorial Blog | SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN | MAAF ATAS KE TIDAK NYAMANANNYA

Rabu, 06 Oktober 2010

Mengungkap Penyelewengan Fiskal di Bandara (Bagian 1)

Rabu, 06 Oktober 2010
Boleh Ditawar hingga Separuh Harga

SEORANG laki-laki setengah baya berdiri di tengah-tengah ruangan Terminal 2E Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (12/5) siang. Sebuah koper hitam ukuran sedang bersandar ke kaki kirinya. Tiket pesawat warna biru tua dipegang di tangan kanan.

Beberapa kali kepalanya menoleh ke arah pintu masuk terminal penumpang penerbangan internasional. Lalu, ia mengibaskan lengan jas kremnya dan melirik jam yang melingkar di tangan kiri.

Sekitar sepuluh menit kemudian, seorang laki-laki berseragam putih biru datang menghampiri dari sudut lain ruangan terminal. Dengan agak tergesa ia mengajak laki-laki tersebut menuju ruang tunggu penumpang internasional.

Ketika melintas di depan Media terdengar laki-laki berseragam putih biru menyampaikan permohonan maaf karena keterlambatannya. "Maaf, Bapak harus menunggu lama. Saya mengurus fiskal rombongan wisata dulu," katanya yang disambut anggukan oleh pria perlente.

Sambil bergegas masuk, pria berjas krem merogoh kantong celananya lalu menyerahkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu kepada pria berseragam. Saat melewati posko pajak yang memeriksa dokumen fiskal, petugas berseragam biru hanya menganggukkan kepala dan, ajaib, mereka lewat tanpa pemeriksaan.

Biasanya di posko ini, satu lembar bukti fiskal akan disobek petugas pajak, sedangkan selembar lagi dipegang pengguna jasa penerbangan internasional.

Begitu juga saat pemeriksaan paspor, petugas loket imigrasi juga tidak menanyakan bukti pembayaran fiskal yang harganya Rp1 juta per orang itu. Dengan demikian, pria perlente masuk ruang tunggu pemberangkatan internasional dengan mulus.

Setelah mengantarkan 'klien' dengan selamat sampai pos pemeriksaan akhir, petugas berseragam menyalami pria perlente lalu pergi menuju ruangan terminal.

Indri, 32, karyawati perusahaan swasta di kawasan Slipi, Jakarta Barat, yang akan menuju Kuala Lumpur, Malaysia, ketika ditemui Media di terminal yang sama juga mengaku ditawari membeli fiskal dengan harga di bawah tarif resmi.

"Tadi saya ditawari membeli fiskal seharga Rp800.000 oleh seorang berpakaian seragam petugas PJTKI (Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia). Tapi karena dia tidak bisa memberi blangko fiskal, tawaran itu saya tolak," katanya.

Indri menolak tawaran karena ia membutuhkan bukti pembelian fiskal untuk laporan pertanggungjawaban ke kantornya. Karyawati yang baru pertama kali melakukan perjalanan ke luar negeri ini sebenarnya tertarik dengan tawaran tersebut bila ada tanda bukti, karena bisa menghemat biaya perjalanan sebesar Rp200 ribu.

Sumber Media di Bandara Soekarno-Hatta, sebutlah namanya Tarjo, mengungkapkan sejak sidak Presiden SBY, petugas tidak lagi terang-terangan menawarkan jasa fiskal murah. "Tapi kalau Bapak pura-pura bingung di loket pembelian fiskal, pasti ada yang nawarin," ujarnya.

Media mencoba kiat yang disampaikan Tarjo dan ternyata benar. Awalnya petugas bersangkutan mematok harga Rp800.000 dan tawar punya tawar jatuh ke angka Rp600.000. Ketika Media mengajukan harga lebih murah lagi (Rp400.000), ia langsung pergi karena mulai curiga.

Penumpang yang setiap minggu urusan bisnis ke Singapura atau Kuala Lumpur, banyak yang sudah berlangganan. Pemakai jasa tinggal mengontak lewat telepon seluler kepada petugas bandara.

Sejak pemerintah mengeluarkan peraturan nomor 17 tentang fiskal pada 5 Februari 1998, bukan hanya pelaku bisnis, tapi tour leader juga banyak menggunakan 'fiskal' bawah tangan.

Para wisatawan lebih sering tidak peduli karena beranggapan seluruh keperluannya telah diatur sesuai paket. Seorang tour leader, sebutlah Joni dari sebuah perusahaan travel dan tour cukup ternama di Jakarta, berterus terang sering menggunakan cara tersebut.

Dengan hanya membayar setengah dari harga resmi, ia bisa mengantongi Rp15 juta jika wisatawan yang berangkat ke luar negeri sebanyak 30 orang. "Lumayan untuk tambah-tambah beli oleh-oleh," katanya sambil tertawa.

Praktik penggerogotan dana fiskal sudah menjadi rahasia umum di lingkungan Bandara Soekarno-Hatta. Tidak hanya kaki tangan petugas pajak yang bisa mengurus, petugas pengikat bagasi hingga porter pun tahu cara mendapatkan 'fiskal' murah.

Aden, seorang porter yang bekerja di terminal keberangkatan luar negeri, bisa membantu calon penumpang untuk lolos hingga ke dalam pesawat dengan bermodalkan uang sebesar Rp500 ribu.

"Jumlah itu sudah sangat mepet jadi tidak bisa ditawar lagi. Dari uang tersebut, saya harus membagi-bagi ke beberapa petugas di dalam. Paling saya hanya menerima Rp100 ribu saja," kata laki-laki yang tinggal di Batu Ceper, Tangerang, ini.

Cara kerja Aden sangat sederhana. Ia mendampingi calon penumpang yang telah memiliki boarding pass hingga sampai ruang tunggu. Di tempat tersebut, dia memilihkan tempat duduk tertentu untuk orang-orang yang menggunakan jasanya.

Ketika pesawat akan berangkat, ia kembali ke ruangan itu dan mengantarkan para penumpang yang sudah dikelompokkan tersebut hingga pintu pesawat. "Jika sudah sampai di pintu pesawat, selesai sudah pekerjaan saya. Biasanya satu kelompok minimal lima orang," tuturnya.

Karena pekerjaannya hanya seorang porter, sekalipun dia bisa membawa satu kloter berjumlah 10 atau lebih, bagian yang diberikan selalu maksimal Rp500.000 per berangkat. Tapi bagi Aden, jumlah tersebut sudah cukup besar sehingga tidak pernah protes kepada petugas bandara yang memindahkan 'rezeki' negara ke kantong pribadi. (Yes/CR-43/X-9)

Cari Artikel Lainnya Disini
Custom Search

Bagi yang ingin belajar PHP / HTML / MySQL dengan sangat mudah sambil langsung praktek dalam waktu yang singkat,di tuntun dengan tutorial video yang di rancang khusus dan mudah di mengerti, Witto Mengajak anda belajar DISINI.

0 komentar:

Posting Komentar

Comment Yuk Biar Lebih Seru....

Prev Prev Home
 

Follow

Buku Tamu No Link